CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 27 November 2008

MiToZ tEntaNg "SeGiTiga BerRmuDa"

Segitiga bermuda??


mungkin kalian penasaran dengan yang satu ini kan???
aqu kasie taw dikit deh tentang iiank satu ini.......

Segitiga_bermuda

Tak semua pertanyaan ada jawabannya. Demikian pula dengan
sejumlah peristiwa dan fenomena alam di bumi ini. Tak semua (belum) bisa
dijelaskan.

Bagi Anda yang gemar kisah misteri, pasti mengenal Segitiga Bermuda.
Wilayah laut di selatan Amerika
Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda
ini, telah berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi
misteri bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.

Sekitar 1492, ketika dirinya
akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus
sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang
terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat
itu begitu baik.

Lebih dari itu, tak jauh dari kapal,
pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya
bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam
laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian
menghilang begitu saja.

Begitulah Segitiga Bermuda. Di
wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ’suasana’ yang tak biasa.
Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya
disuguhi ‘pertunjukkan’. Lain dengan pelintas-pelintas yang lain.

Menurut catatan kebaharian,
peristiwa terbesar yang pernah terjadi di wilayah
ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa
jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib
di sana. Selain Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.

Di lain kisah, Segitiga Bermuda
juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar
yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman
TBF Avenger AL AS yang tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari
5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan
penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak
buahnya seperti mengalami disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger
ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS.

Anehnya, misteri Avenger tak
berujung di situ saja. Ketika sebuah pesawat SAR
jenis Martin PBM-3 Mariner
dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun
ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan
keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan 27 awak, tak satu
pun serpihan pesawat ditemukan. Ajaib.

Tahun demi tahun berlalu.
Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan
kerangka pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya
orang-orang yang menyaksikan. Karena, ketika dicocok

kan, onggokan metal itu ternyata
bagian dari kelima TBF Avenger.

Hilangnya C-119

Kisah ajaib lainnya adalah
hilangnya pesawat transpor C-119 Flying
Boxcar
pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin
ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud
Homestead. Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand
Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.

Pesawat ini sebenarnya hampir
menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui
dari kontak radio yang masih
terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan.
Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan.
Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.

"Dalam kontak radio terakhir tak
ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah
itu kami kehilangan jejaknya," begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami.
"Besar kemungkinan pesawat
mengalami masalah kendali arah (steering
trouble
) hingga nyasar ke lain arah," tambahnya.

Seketika itu pula tim SAR
terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat
kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya
pesawat-pesawat lainnya di wilayah ini, tak satu pun
serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.

"Benar-benar aneh. Sebuah
pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak," demikian
komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II.

Seseorang dari Tim SAR mengatakan,

kemungkinan pesawat jatuh di antara
Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan, atau
kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang pasti tak akan
pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya. Begitu
pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa melakukan
ditching (pendaratan darurat di atas air).
Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar
satu meter, dan angin hanya 15 knot.

Analisis selanjutnya memang
mengembang kemana-mana. Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119
Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit
artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang
pada kasus ajaib tersebut.

Dalam artikel ini dimuat
kesaksian astronot Gemini IV, James McDivitt
dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah. Rupanya pada
saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati wilayah di
sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang mengawang-awang di sana.
Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan
eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini
dengan perlengkapan yang dirahasiakan.

Menurut
Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan semacam
lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia. Beberapa
menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa.
Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun
segera tertarik menguji kesaksian ini. Tak mau percaya begitu saja,
mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat
kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV.
Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini
pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO.

Ketika itu kepada kedua
astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit
raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan
sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu. Namun baik dari bentuk dan jarak,
mereka menyanggah jika telah salah lihat.

"Sekali lagi saya tegaskan,
dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari
planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang
menurut penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya
sebagai UFO?" sergah Divitt.

Begitulah kasus C-119 Flying
Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib
di wilayah Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi
ketika cuaca sedang baik, tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi
si pelintas tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak sama sekali.


Feno
Raibnya KC-135

Hari
itu, Rabu, tanggal 28 Agustus 1963. Sebagimana tugas rutin lainnya,dua
pemasok bahan bakar di udara KC-135 siap diminta terbang kemana saja.
Dan, siang hari itu tanpa beban firasat apa-apa, keduanya melenggang
begitu saja setelah mendapat perintah terbang ke arah Lautan Atlantik.
Dengan 25.000 galon bahan bakar jet beroktan tinggi diperutnya, mereka
ditugasi mengisi bahan bakar ke sejumlah pesawat militer AS di udara.
Lepas landas dari pangkalannya di Lanud Homestead, Florida, dengan
kecepatan jelajah 600 mil per jam, keduanya lalu mengejar buruannya
masing-masing ke lokasi yang telah ditentukan. Kontak radio terjadi
ketika pilotnya melapor posisi pada 900 mil sebelah timur-laut Miami,
kira-kira tengah hari. Namun setelah itu kedua tanker sehaga empat juta
dollar ini seolah ditelan langit. Kedua pesawat dengan 11 awaknya
tersebut tiba-tiba raib begitu saja.

Setelah menara Homestead menunggu hingga batas waktu kedatangan (ETA) pada jam 14.00 waktu setempat keduanya tak muncul,
notam bahwa keduanya hilang dalam tugas pun disebar.
Satu-satunya jejak awal yang berhasil didapat adalah laporan dari pilot
KC-135 lainnya yang telah lebih dulu mendarat. Pilotnya mengatakan
bahwa mereka sempat berpapasan di udara sekitar pukul 15.00 waktu
setempat. Mereka lenyap begitu saja setelah mengisi tanki dua pembom
jet B47 milik AU AS di atas Atlantik.

Mengantisipasi raibnya kedua
stratotanker, pihak Lanud Homestead pun segera mengerahkan upaya
pencarian. Sekitar 24 pesawat dikerahkan ke 900 mil sebelah timur-laut
Miami, lokasi dimana kontak terakhir itu terjadi. Tetapi hingga tengah
malam tak sebuah pecahan dan benda yang mencurigakan ditemukan.
Keesokan harinya, upaya pencarian kembali dikerahkan. Kali itu kekuatan
dilipatgandakan, dan empat kapal pencari Pasukan Pengaman Pantai AS (US Coast Guard) ikut mendukung. Namun hasilnya tetap
sama saja. Nihil. Sesuai prosedur, untuk sementara upaya pencarian
dihentikan dan laporan mengenai hilangnya kedua KC-135 pun disiarkan ke
berbagai pihak. Termasuk ke berbagai media penerbitan dan siaran
televisi.

Diluar dugaan, dua hari setelah kejadian, sebuah pesawat milik AU AS tiba-tiba melihat jejak terhampar di laut masih di
sekitar posisi yang dicurigai. Dan setelah dihampiri, ternyata di sana mereka menemukan helm pilot,
life jacket, kartu navigasi, panel kokpit,
dan peralatan lain yang diyakini sebagai ceceran KC-135 yang nahas. Tak berapa lama kemudian ditemukan lagi ceceran lain yang
diduga milik KC-135 kedua. Karena jarak ceceran yang satu dengan yang lain sekitar 160 mil, teori yang mengatakan bahwa kedua
pesawat bertabrakan di udara seperti yang santer dibicarakan pun ‘gugur’.

Lalu
apa yang menyebabkan kedua pesawat sama-sama hancur dalam waktu yang
diduga bersamaan pada jarak yang lumayan agak berjauhan? Teori
kerusakan mesin sulit sekali diterima mengingat tingkat koinsidensinya
kecil sekali. Faktor eksternal-kah?

Magnet atau UFO?

Bagi
sementara kalangan yang mukim di wilayah Miami dan sekitarnya, nahas
yang dialami awak Homestead tersebut memang misteri, namun mereka bisa
‘memahaminya’ karena kasus-kasus seperti ini seolah kerap terjadi di
beranda mereka. Kedua KC-135 berikut 11 awaknya itu adalah korban
kesekian dari ‘keganasan’ Segitiga Bermuda. Namun, seperti yang
sudah-sudah, memang jarang sekali ada penjelasan dari kasus-kasus
hilangnya kapal atau pesawat terbang di wilayah paling angker dari
Lautan Atlantik, yang dibatasi Pulau Bermuda di sebelah Utara, Florida
di sebelah Barat, dan Puerto Rico di sebelah Timur ini.

Alkisah
mengatakan, laut dan udara di wilayah ini tak pernah menunjukkan gejala
gangguan apa-apa menjelang pesawat atau kapal tiba-tiba hilang di sini.
Kesan inilah yang membuat opini bahwa sampai-sampai pilot atau nakhoda
tak pernah sempat lagi mengambil langkah untuk menghindar. Dan,
fenomena yang terjadi di sana memang seolah terlalu dahsyat untuk
dihindari. Kesan ini pun seolah membenarkan laporan yang diumumkan
jurubicara Lanud Schilling, bahwa tak ada distress call menjelang musibah itu terjadi.

Menanggapi
berbagai musibah yang telah terjadi sejak tahun 40-an, selanjutnya
memang melahirkan berbagai teori yang kadang terdengar ajaib. Karena
gejala umum yang kerap dilaporkan adalah kehilangan orientasi, sejumlah
pihak menyebut; penyebabnya mungkin abrasi atmosfer, gangguan magnetik
dan gravitasi, gempa di dasar laut, atau gelombang tidal. Lebih jauh,
karena sebagian besar korban tak bisa ditemukan di sekitar reruntukan
seperti juga yang terjadi pada kasus KC-135 ini , peristiwanya kemudian
juga dikait-kaitkan dengan upaya penculikan oleh sekelompok makhluk
asing (UFO) yang kabarnya sering mondar-mandir di sana.

Sebuah upaya penelitian ilmiah bukannya belum pernah dicobakan di sini. Paling tidak hal ini pernah dilakukan pemerintah
AS dengan mengirim kapal tanpa awak yang dikendalikan dengan
remote-control. Namun demikian, kapal yang dipenuhi
bermacam-macam sensor penjejak dan pencatat ini, sayangnya, tak pernah juga berhasil mencatat
gejala-gejala yang mencurigakan. Inilah yang
membuat seluruh misteri di Segitiga Bermuda tak kunjung mendapat penjelasan yang memuaskan secara ilmiah. Hingga kini.

Dilain
pihak, kenyataan inilah yang uniknya kerap membuat para ilmuwan dunia
bertanya-tanya. Dunia telah merengkuh temuan dan pemahaman yang begitu
tinggi dalam bidang science dan wahana tanpa awak, akan tetapi mengapa
fenomena ‘di depan mata itu’ tak pernah juga bisa disibak? Tak kurang
dari Zadrach L. Dupe, pakar dari Departemen Geofisika dan Meteorologi
ITB, mengungkap ironi tersebut kepada Angkasa, akhir September lalu di
Jakarta. Itu sebabnya, ia mencurigai seperti juga yang diantisipasi
ilmuwan dunia lainnya ada satu atau beberapa negara adidaya yang
berdiri di belakang berbagai misteri tersebut. Perkiraan ini nampaknya
tak berlebihan, mengingat pada tahun 60-an, sebuah badan penyelidik
Kanada pernah memergoki pemerintah AS tengah mengupayakan sebuah proyek
dengan peralatan magnet besar yang beberapa tahun kemudian diakui
sebagai Project Magnet. Proyek seperti ini sangat mungkin berpengaruh karena bisa mengakibatkan pesawat atau kapal celaka akibat disorientasi.

Akan
tetapi, dugaan seperti itu termasuk juga dugaan bahwa di bawah wilayah
‘keramat’ itu mengandung logam yang bisa menciptakan gangguan magnet
sekali lagi tak pernah menjawab pertanyaan yang sudah kepalang rumit.
Diantara yang paling misterius, diantaranya saja, mengapa dari hampir
semua wahana yang berhasil ditemukan reruntukannya, tak pernah
ditemukan korban (manusia). Mereka seolah hilang tanpa jejak. Pecinta
kisah misteri mungkin masih ingat dengan kasus hilangnya lima pembom
TBM Avenger AL AS yang raib di sana pada
Desember 1945 tak berapa lama setelah lepas landas dari pangkalannya di
Fort Launderdale, Florida. Pesawat-pesawat ini pada awal tahun 90-an
akhirnya di temukan tersungkur di lepas pantai, tak jauh dari
pangkalannya. Namun anehnya tak satupun reruntukannya menyisakan jejak
para awaknya.

Jadi kalaupun fenemona alam bertanggung-jawab dalam misteri di Segitiga Bermuda, paling tidak ada faktor eksternal lain
yang ikut bertanggung-jawab dalam misteri penghilangan para awaknya. Dalam hal ini yang dimaksud, adalah sebuah komunitas
asing yang peduli benar terhadap kekhasan manusia.

Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di
sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik,
abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi. Selain itu ada juga
yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut, serangan gelombang tidal,
hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya
terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada
satu pun yang bisa menjelaskannya.